Cuaca Madinah Lebih Ekstrim
Oleh : dr achmad budi k
Kondisi cuaca di suatu daerah atau lokasi, bisa diperkirakan dan insyaAllah mendekati secara akurat, lebih lagi di era revolusi industri 4.0 ini. Tidak hanya oleh lembaga resmi saja, seperti BMKG, namun setiap orang yang menggenggam smartphone bisa mengamati setiap saat keadaan cuaca dimana saja yang diinginkannya. Karena banyak aplikasi yang terkait dengan cuaca beserta kelengkapannya.
Pada musim haji tahun 1440H ini, bertepatan dengan musim panas di Saudi Arabia. Dan banyak calon jamaah haji sudah mengantisipasi kondisi cuaca khususnya di Mekah dan Madinah, bahwa suhu setempat sangat panas dan bisa mencapai 50 drajat celcius, pada waktu tertentu. Hal ini memang beralasan, karena musim haji tahun 2019 ini bersamaan dengan bulan Agustus sampai September 2019, dan pada bulan itu matahari berada di belahan bumi utara. Mekah dan Madinah juga di utara khatulistiwa, jadi pas dipuncak suhu yang semestinya.
Kami tergolong dalam pemberangkatan haji gelombang 2, sehingga menuju Mekah lebih dahulu, yang menurut perkiraan suhu siang hari sekitar 40-45 derajat celcius. Pada realitasnya memang mencapai suhu itu, dan hal ini juga diinformasikan di TV live Masjidil Haram.
Hal ini sangat terasa ketika kami melakukan thowaf pada siang hari, apalagi sebelum dhuhur sampai setelah ashar. Terpaan sengat matahari sangat kami rasakan, namun hal ini tidak memudarkan semangat melaksanakan ibadah bagi sebagian besar jamaah haji yang berasal dari seluruh pelosok penjuru dunia, walau 'hanya' melakukan thowaf sunnah.
Namun memang sebaiknya jamaah haji bisa menakar diri agar tidak terkena langsung sengatan matahari, karena dikhawatirkan akan terserang Heat Stroke. Jamaah haji bisa mengantisipasi dengan sering menyemprotkan air ke bagian tubuh yang terbuka atau sering membasahi terutama kepala dan muka, atau memakai payung.
Setelah kami ‘hijrah’ ke Madinah, ternyata kondisi cuaca lebih ekstrim. Begitu jamaah haji keluar hotel atau Masjid Nabawi, hembusan udara panas sangat terasa, seakan kita sedang dihadapan bara api. Rasa AC seakan juga kurang bisa menyejukkan, karena terlalu panas sekitarnya. Sehingga fan di halaman Masjid Nabawi, ditambahkan penyemprot air, dengan harapan bisa menambah kelembaban udara yang sangat panas dan kering.
Itulah salah satu layanan kenyamanan yang diberikan oleh pemerintah KSA, selain payung raksasa yang bisa mengurangi terpaan langsung sengatan matahari. Air zamzam juga selalu tersedia disekitar setiap tempat ibadah jamaah haji.
Jamaah haji tahun depan yang juga masih bertepatan dengan bulan Juli - Agustus 2020, edaran matahari masih di belahan utara khatulistiwa. Dengan demikian kondisi musim haji tahun depan 1441H, tidak jauh dengan kondisi musim haji tahun ini.
Menyiapkan dan menjaga kondisi fisik sebaik mungkin, akan lebih baik untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang dikhawatirkan bisa mengganggu kesehatan jamaah haji. Selain penyakit yang terberat Heat Stroke, gangguan cuaca banyak menyebabkan ISPA yang sampai berat sampai bisa menimbulkan komplikasi. Dengan memakai masker, akan lebih menjaga gangguan saluran pernafasan dan penyakit ISPA.
Dengan selalu menjaga dan meningkatkan stamina kesehatan calon jamaah haji, akan bisa mengoptimalkan ibadah. Sehingga impian untuk meraih haji yang mabrur akan tercapai.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Pernah terbit 7 September 2019.
No comments:
Post a Comment