Sujud di Bawah Talang
Mas
Oleh : Hj Emi Sudarwati *)
Puluhan kali naik pesawat. Namun nikmatnya tak seperti malam itu. Ya, penerbangan menuju rumah Allah yang sekian tahun ditunggu dengan sabar.
Sujud sukur langsung saya
lakukan begitu turun dari Saudia Airline. Meraung sekeras-kerasnya,
melawan suara pesawat yang memekakkan telinga. Gusti Allah, hamba datang
memenuhi panggilanMu. Dengan ilmu yang sangat sedikit ini, hamba memohon
bimbinganMu. Lindungilah kami dari kejahatan orang-orang di negri ini.
Setelah itu, dengan
sedikit goyah kaki ini berusaha bangkit. Memeluk beberapa teman terdekat. Kami
pun menangis sejadi-jadinya. "Kita sudah sampai Jedah, kita sudah sampai
King Abdul Aziz, kita benar-benar akan berhaji," gumam saya.
"Semoga kita
semua menjadi haji yang mabrur ya," saut seorang teman.
"Aamiin...,"
jawab kami semua hampir serentak. Tentu saja dengan suara parau, karena usai
menangis.
Jutaan jamaah haji
seluruh dunia menjadi saksi. Air mata saya tumpah laksana air bah. Mengalir
deras tiada terbendung lagi. Menyadari betapa kecilnya manusia di hadapan Sang
Maha Pencipta. Teringat semua dosa yang pasti akan segera mendapat
pengampunan. Karena Gusti Allah maha pemurah.
"Ya Allah....
saya sudah berdiri tepat di depan kabah." Tempat yang sangat diidamkan
oleh umat Islam sejagad raya.
Tawaf umrah dan sai, masing-masing 7 putaran berjalan dengan mulus. Hingga salat sunah di depan maqom Ibrahim dan tahalul pun sama sekali tiada kendala.
Ternyata lebih mudah dari yang
saya bayangkan sebelumnya. Saya dan suami menengok ke kanan dan ke kiri.
Teman-teman banyak yang belum selesai. Akhirnya kami putuskan kembali mendekati
kabah. Meski penuh sesak oleh jutaan jamaah haji yang sedang bertowaf, tapi
dengan mudah kami bisa mendekati pintu kabah. Konon katanya, tempat itu adalah
sangat mustajabah untuk berdoa. Air mata kembali betcucuran. Saya mulai
berdoa untuk diri sendiri, anak-anak, saudara-saudara, teman2,
tetangga-tetangga, siswa-siswi dan umat islam di seluruh dunia. Semoga semuanya
bisa berhaji, yang sakit diberi kesembuhan dan lain-lain. Yang terpenting
adalah doa untuk bapak dan ibu yang sudah tiada. Berharap kami semua bisa
bersatu di surga bersama Nabi Muhammad SAW.
Oh iya, ada lagi satu
tempat yang sangat mustazabah, yaitu di bawah talang mas dalam Hijir Ismail. Sebelum
berangkat, ada pesan dari Pak Edy. Bahwa untuk salat dan berdoa di tempat itu
bukanlah hal yang mustahil. Menurut beliau, kami pasti bisa. Berdoa di Hijir
Ismail dan di bawah talang mas adalah harapan kami sejak dari tanah air.
Sebelum memasuki pintu
Hijir Ismail, kami sempat berkecil hati. Karena melihat begitu berjubelnya
tempat itu. Penuh sesak dengan orang-orang dengan postur tubuh tinggi dan
besar. Sempat juga terfikir untuk mundur saja, tapi tekat sudah terlanjur
bulat.
"Gusti Allah. kula nyuwun putulungan...," bisik kami berdua. Tiba-tiba seseorang memberi jalan. Kami serdua segera masuk, melakukan shalat dan berdoa secara bergantian. Air mata lembali tumpah. Kami mengulang semua doa yang telah terucap di depan pintu kabah.
Tiba-tiba, seseorang mendorong kami dengan sangat kuat. Tubuh ini terpental beberapa langkah. Saya sempat terpisah dengan suami. Tiada terduga, tubuh ini mendarat tepat di bawah talang mas. Saya melihat ke atas dengan takjub, lalu melakukan shalat dua rakaat dan kembali mengulang doa. Waktu menengok ke belakang, ternyata suami sudah berada di tempat yang sama. "Alhamdulillah..., kita bisa bersujud di bawah Talang Mas," bisik saya. Bersama KBIH Masyarakat Madani kita bisa beribadah secara mandiri.
Terimakasih atas semua pengalaman berharga ini. Matur nuwun kawan kawan, matur nuwun Pak Kosim dan para pembimbing semuanya.
Mohon maaf atas semua hilaf.
Semoga kita selalu sehat.
*) Jamaah haji Madani 2018
Pernah terbit September 2018
No comments:
Post a Comment