Mengejar 7X Raudhah
Oleh : Hj Emi Sudarwati *)
Meskipun seorang sahabat berkata, "ini hanya sunah, terutama bagi seorang wanita." Namun entah kenapa, saya begitu menemukan sesuatu yang berbeda saat bekunjung ke Raudhah. Ya, Raudhah dahulu kala merupakan rumah Siti Aisyah.
Di sana ada makam Nabi Muhammad SAW. Mengapa ‘harus’ tujuh kali?
Entahlah, jawabannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ha ha ha....
Perjalanan dari Kota Makah ke Kota Madinah kami tempuh dalam kurun waktu kurang lebih 5 jam. Dengan kecepatan rata-rata 145km per jam. Wao... supir bus kami memang memacu kendaraan dengan sangat kencang. Awalnya saya merasa takut. Namun karena kondisi jalanan sepi, rasa itu perlahan-lahan hilang juga.
Sebelum magrib, rombongan kami telah
tiba. Begitu menginjakkan kaki di Kota Madinah, terbersit keinginan dari dalam
hati kecil saya. Ingin datang dan melakukan salat sunah di Raudhah sebanyak
tujuh kali. Pikiran itu tiba-tiba saja muncul.
Beberapa hari yang
lalu, saat masih tinggal di Kota Makah. Saya sering bertanya kepada jamaah haji
lain yang sudah terlebih dahulu dari Kota Madinah. Mereka dengan semangat
bercerita tentang Raudhah dan segala pesonanya. Keinginan saya langsung
membuncah. Mereka yang saya tanya, rata-rata sudah bisa masuk dan salat di Raudhah
sebanyak dua sampai tiga kali. Itu pun dilakukan dengan perjuangan keras. Oh...
benarkah seberat itu perjuangan menuju Raudhah? Adrinalin saya langsung
tertantang. Berbagai informasi tentang cara masuk ke Raudhah saya kumpulkan. Agar
bisa lancar menuju ke sana.
"Lewat pintu
25," kata Bu Reni. Kami berlima langsung menuju ke pintu yang dimaksud. Tapi
karena jaraknya sangat jauh, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan
perjalanan. Pilihan selanjutnya adalah kembali ke hotel menemui para suami.
Beruntung, ada Pak Kosim. Beliau adalah ketua rombongan kami. Setelah mendapat
beberapa penjelasan, semua kembali berjalan menuju pintu 25.
"Raudhah?"
tanya saya kepada seorang laskar perempuan.
"Ya, Melayu
masuk. Duduk...," kata perempuan bercadar itu dengan logat Bahasa
Indonesia yang lucu.
Kami menuruti saja
perintah wanita itu. Meskipun sebenarnya ingin banyak bertanya, namun mereka
semua tidak bisa berbahasa Indonesia. Yang dihafalkan hanya beberapa kata saja.
Misalkan:Ibu, masuk, duduk, dan sabar.
Hampir satu jam kami
menunggu sambil membaca Al Quran dan bersalawat. Akhirnya laskar itu memberi
isyarat kepada kami semua untuk berdiri. Pintu di depan kami terbuka. Semua
berlari menuju ruang tunggu yang lain. Oh... ternyata masih harus menunggu lagi
dengan sabar selama kurang lebih tiga puluh menit. Pintu berikutnya terbuka
lagi. Seperti pintu sebelumnya, kami pun harus duduk dan mengantri lagi dengan
sabar.
Ya... sekitar tiga
puluh menit, barulah kami diizinkan masuk ke Raudhah. Ruangannya sangat sempit,
untuk memuat jamaah sebanyak itu. Sehingga untuk salat dibatasi dua rakaat
saja, lalu keluar. Berdoanya hanya bisa sambil berdiri. Namun entah kenapa,
tempat tersebut begitu membuat saya kangen.
"Assalamualaika ya Nabi Allah, Assalamualaika ya Rasul Allah," demikian sapa pertama
saya.
Air mata langsung
tumpah. Seolah berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Saya berdoa dan
meminta kepada Gusti Allah, agar kelak meninggal dalam keadaan husnul khotimah.
Saya juga meminta, agar bisa berkumpul dengan suami, anak-anak, kedua orang
tua, saudara-saudara, keluarga besar, teman, tetangga dan seluruh umat muslim
bersama Nabi Muhammad SAW di surga.
Demikian juga di hari
ke dua, ketiga sampai hari ke tujuh. Selalu ada rasa yang berbeda di makam
Rasul Allah. Air mata selalu saja tumpah, meski sudah beberapa kali memasuki
tempat itu.
Alhamdulilah, target
7X berkunjung dan salat di Raudhah bisa tercapai. Tidak ada yang berat,
dibanding nikmatnya bisa berjumpa sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Saya
sampaikan seluruh salam saudara-saudara sesama muslim. Juga titipan doa kepada
Gusti Allah. Bahkan dari teman-teman non muslim. Mudah-mudahan semua diijabah.
Aamiin....
Bersama KBIH
Masyarakat Madani kita bisa...
Semoga kita selalu sehat.
*) Jamaah haji Madani 2018
Pernah terbit September 2018
No comments:
Post a Comment