Oleh : Hj Khusnatul Mawaddah *)
Dari serangkaian aktifitas rukun Haji dan Umroh, seperti putaran jarum jam, setiap detik serasa tak ada waktu yang sia-sia. Perbedaan 180 derajat saat kita berada di rumah atau tanah air, panggilan adzan untuk melaksanakan sholat berjamaah sangat rugi jika terlewatkan, berduyun-duyun mengejar waktu naik bus untuk bisa ke Baitullah. Layaknya pesantren seluruh santri taat dan patuh dengan disiplin masing-masing, saling berlomba menggapai kasih sayang Allah. Meski peluh berjatuhan saat thowaf, serasa kenikmatan tiada tara. Kekhusu’an berdo’a saat di Baitullah.
Di rumah kita, saat sholat masih tergoda dengan urusan anak, suami bahkan pekerjaan. Terkadang saking lalainya saat sholat lupa berapa rakaat yang sudah kita lakukan, tragisnya lupa do’a sujud, ruku,’ duduk diantara dua sujud. Astaghfirullah aladhim, yang kita ingat berapa jumlah tagihan bulan ini, dan sebagainya, dan masih banyak yang lain. Pesantren haji ini memberi kesempatan untuk fokus mengingat Allah.
Namun dalam perjalanan waktu, ada banyak godaan saat nilai kebaikan mulai kita kerjakan. Untuk bangun sholat malam mata serasa berat, kaki serasa tebal dan hati ini berkecamuk, antara segera ambil wudhu atau tidur terus. Kemudian saat berhasil mengusir setan dengan tetap sholat malam, tiba-tiba mata terasa berat terbuka dan berpikir menyegerakan sholat untuk tidur lagi. Astaghfirullah aladhiim, kok yang tidur tidak setannya, kita digoda terus dengan bisikannya.
Begitu juga dengan godaan belanja berlama-lama, lupa waktunya sholat, yang paling mudah setan untuk menggoda ibu-ibu. Seakan seluruh isi toko menarik untuk dipilih dan dibeli. Pindah dari toko satu ke toko yang lain, belum puas kalau belum menjelajahi semua toko. Godaan untuk bapak-bapak biasanya juga sama, mengantar belanja sambil memarahi istrinya karena kebanyakan, jadilah saling berdebat. Tidak sabar menunggu bus dan memicu emosi, juga tidak sabar menunggu datangnya kiriman makanan, kurang puas dengan lauknya dan lain sebagainya.
Saat di maktab, berkumpul bersama jamaah yang baru kenal di KBIH juga ada saja godaan setan. Yang satu egois, yang satu mengalah dan sedikit saja ada gesekan yang egois bisa emosi, gara-gara tidak sabar antri mandi juga bisa menjadi percikan masalah. Begitu juga suami istri, si istri minta dianter ke masjid, si suami lebih memilih di maktab, ketika bersama ke masjid masalah nunggu kelamaan juga bisa jadi emosi. Si istri kelamaan kasih suguhan minum dan makan juga bisa jadi masalah. Sangat banyak pengalaman godaan setan dari hampir seluruh jamaah yang menjalankan haji. Ada yang sedih karena kurang tahan dengan ujian, ada yang segera mengusir kesedihan dengan menguatkan iman, ada yang diuji dengan sakit dan tetap bersabar, tergantung kapasitas masing-masing individu.
Apa yang kita lakukan jika godaan setan ini terus menjadi hambatan dalam kekhusukan haji? Tentu hanya dengan mengingat Allah lebih utama daripada mengikuti hawa nafsu setan, menyadari manusia tidak luput dari dosa dan Allahlah yang menjadi penolong kita. Kesusahan, ketidak nyamanan karena godaan setan akan segera hilang jika kita juga segera mengembalikan urusan kita pada Allah. Perbanyak istighfar dan selalu sholat dan sabar sebagai bekal melanjutkan hari-hari kita menuju ridho Allah. Serangkaian rukun haji ini menjadi titik awal untuk memperbaiki kualitas kehidupan kita masing-masing, siapa yang mampu menaikkan kualitas diri kalau bukan diri kita sendiri. Godaan setan ada dimana-mana, benteng kita hanya keimanan, ketaqwaan dan kesabaran.
Semoga kita selalu sehat.
*) Jamaah Haji KBIH Masyarakat Madani
Pernah terbit 9 September 2017
No comments:
Post a Comment