Oleh : Hj Khusnatul Mawaddah *)
Kenangan manis di Madinah, menyapu kabut malam berlomba menghadapMu, kenangan manis di Roudhoh bersama saudara seiman berlalu seiring do’a-do’a hamba yang berlumur dosa. Kenangan manis memilih doa terindah saat berjamaah pagi, siang, malam, kenangan manis saat tangan ini mengenggam erat Al Qur’an sampai mata tak mampu bertahan terbuka, kenangan itu tak mungkin terlupakan sampai nyawa ini diambil sang Kholiq. Kenangan itu terus terukir saat bertemu rumah Allah, Ka’bah Al Mukarromah, antara percaya dan tidak, betapa doa ayah ibu terkabulkan setelah sekian tahun menunggu, ucapan terindah hanyalah mengagungkan AsmaMu ya Allah. KebesaranMu semakin jelas, betapa manusia berbagai jenis berkumpul hanya tertuju kepadaMu.
Semestinya ucapan kita hanya dzikrullah, tiada yang lain, fikiran kita hanya mengingat firman-firman di dalam Al Quran, permohonan ampun dan sangat banyak permintaan setiap kali ke Ka ‘bah dan yakin pasti Allah catat semua, mengabulkan semua, asal kita selalu komitmen dengan janji kita. Percaya hanya Allah yang mempunyai kekuatan, percaya hanya Allah yang berkehendak dan percaya hanya Allah yang menghidupkan dan mematikan, kenangan mendengarkan shiroh nabawi nabi Ibrahim, Ismail dan Muhammad Rosulullah, membolak balik buku dan Al Quran penasaran kisahNya. Di Makkah akan terkenang Sholat dengan lantunan suara merdu imam masjidil Harom, suara adzan yang mirip bilal dan makanan khas nasi bukhori.
Bertolak ke Mina, Arofah, Musdalifah, Mina semakin banyak kenangan yang menguji nyali kesabaran, ketaqwaan dan kepedulian.Tidur berdesakan, lingkungan ‘kumuh’, tubuh lengket keringat, tenaga diuji dengan berjalan, berdesakan di bus dan belajar mengendalikan emosi, sementara kesabaran harus terjaga sepanjang hari. Suara keluh hampir dimungkinkan percuma, karena semakin kita mengeluh semakin terlihat kekurangan dan ketidak dewasaan kita. Ujian selama ibadah haji hanyalah sesaat, hanya 40 hari, dan Allah telah memberi hidangan yang tak kurang-kurang, mulai katering serta banyaknya dermawan memberi empatinya. Kesempatan untuk berdoa sebanyak-banyaknya, sepuasnya terbukti di Arofah setelah khutbah wukuf. Ribuan malaikat turun ditugaskan untuk melayani doa permohonan hambanya.
Kenangan itu tak mudah dilupakan, bersama serombongan kadang bersama suami istri, kadang terpisah berdoa bersama, sholat jamaah bersama, akankah terbiasa sampai kita di tanah air?? Wallahu’Alam bissowab, tinggal diri kita sendiri mampukah kita membiasakan sholat tepat waktu, saling bantu dan saling memberi motivasi. Andai semua bisa, maka Allah sangat mudah untuk mengabulkan seluruh permohonan kita semua.
Semoga kita selalu sehat.
*) Jamaah Haji KBIH Masyarakat Madani
Pernah terbit 5 September 2017
No comments:
Post a Comment