Latest News

Kesuksesan Berawal dari Ketulusan

 


Kajian rutin 7 Jumadil Akhir 1443H


*وَأَنۡ أَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗا وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ*
Yunus, 10:105
Dan (aku telah *diperintah*), “Hadapkanlah *wajahmu* kepada *agama* dengan *tulus dan ikhlas*, dan jangan sekali-kali engkau termasuk orang yang *musyrik*.

Kata orang bijak :
Hanya kepada *ketulusan*, kita akan mampu *belajar* makna dari sebuah *keikhlasan* dalam kehidupan.

① Orang yang hidup dalam *ketulusan* dan kerendahan *hati* akan menjadi pribadi yang *sukses*.

② *Ketegaran* berawal dari *kesabaran*. Kesabaran berawal dari *penerimaan*. Penerimaan berawal dari *ketulusan*.

③ Setiap *keberhasilan* diawali dengan *ketulusan* niat dan dilanjutkan dengan *kesungguhan* usaha.

④ *Keluarga* tahu *kekuranganmu*, tapi tetap *mencintaimu*, itulah hakekat *ketulusan*.

⑤ *Rasulullah ﷺ* bersabda :

*إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ*
Sesungguhnya *dunia* itu untuk *empat* orang; 
Pertama, seorang *hamba* yang dikarunia Allah *harta dan ilmu*, dengan ilmu ia *bertakwa* kepada Allah dan dengan *harta* ia menyambung *silaturrahim* dan ia mengetahui *Allah* memiliki *hak* padanya dan ini adalah *tingkatan* yang paling baik.

*وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ*
Kedua, selanjutnya *hamba* yang diberi Allah *ilmu* tapi tidak diberi *harta*, niatnya *tulus*, ia berkata: Andai saja aku *memiliki* harta niscaya aku akan *melakukan* seperti amalan si fulan, maka ia *mendapatkan* apa yang ia niatkan, *pahala* mereka berdua sama.

*وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ* 
Ketiga, selanjutnya *hamba* yang diberi *harta* oleh Allah tapi tidak diberi *ilmu*, ia melangkah *serampangan* tanpa ilmu *menggunakan* hartanya, ia tidak *takut* kepada Rabbinya dengan *harta* itu, dan tidak *menyambung* silaturrahim- nya serta tidak mengetahui *hak Allah* padanya, ini adalah tingkatan *terburuk*.

*وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ*
Keempat, selanjutnya *orang* yang tidak diberi Allah *harta atau pun ilmu*, ia bekata: Andai aku *punya* harta tentu aku akan *melakukan* seperti yang dilakukan si *fulan* yang serampangan *meneglola* hartanya, dan niatnya benar, *dosa* keduanya sama. HR Tirmidzi.

Semoga kita selalu diberi petunjuk Allah

Sumber Wag Ust Zainuddin

No comments:

Post a Comment

KBIH Masyarakat Madani Bojonegoro Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Roofoo. Powered by Blogger.