Kajian rutin 25 Muharram 1444H
*Kepandaian*
*وَٱبۡتَلُوا۟ ٱلۡیَتَـٰمَىٰ حَتَّىٰۤ إِذَا بَلَغُوا۟ ٱلنِّكَاحَ فَإِنۡ ءَانَسۡتُم مِّنۡهُمۡ رُشۡدࣰا فَٱدۡفَعُوۤا۟ إِلَیۡهِمۡ أَمۡوَ ٰلَهُمۡۖ*
An Nisa' 4:6
Dan *ujilah* anak-anak yatim itu sampai mereka *cukup* umur untuk menikah. Kemudian jika menurut *pendapatmu* mereka telah cerdas (*pandai* memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka *hartanya*.
Kata orang bijak :
Jika cara-cara *membaca* yang baik belum ramah kepada dirimu, maka *gunakanlah* cara termudah untuk menjadi *pandai*, yaitu mendengarkan.
① *Mendengarkan* adalah *sikap Hati*. Seorang pendengar yang baik, bukan mesti tak *pandai* bicara, tapi karena dia berencana untuk *berbicara* lebih baik setelah *mendengar*.
② Berbicara adalah wilayah *kepandaian*, sedang mendengarkan adalah wilayah *kebijakan*.
③ *Kepandaian* yang bagaimanapun tingginya, tidak ada *gunanya* jika orang itu mempunyai sifat mudah *menyerah*.
④ *Menulis* adalah baik, *berpikir* lebih baik. *Kepandaian* baik, *kesabaran* lebih baik.
⑤ Dalam setiap perkawinan yang sudah *berumur*, ada potensi untuk *perceraian*. Maka *kepandaian* yang harus dimiliki adalah menemukan *landasan* perkawinan yang benar.
⑥ Hanya menumpahkan *air mata* itulah *kepandaian* yang paling *penghabisan* bagi seorang wanita.
⑦ *Rasulullah ﷺ* bersabda :
*إِنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إِلَيَّ وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَلْحَنُ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ بِحَقِّ أَخِيهِ شَيْئًا بِقَوْلِهِ فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنْ النَّارِ فَلَا يَأْخُذْهَا*
*Sungguh* kalian seringkali mengadukan *sengketa* kepadaku, barang kali diantara *kalian* ada yang lebih pandai *bersilat lidah* daripada yang lain. Maka *barangsiapa* yang kuputuskan *menang* dengan mencederai *hak* saudaranya berdasarkan *kepandaian* argumentasnya, berarti telah kuambil sundutan *api neraka* baginya, maka *janganlah* dia mengambilnya. HR Bukhari. (zainuddin as).
Semoga kita selalu diberi petunjuk Allah
Sumber Wag Ust H Zainuddin
No comments:
Post a Comment