Oleh : Hj Zuhriyah *)
Sejak kemarin tgl 26 agustus 2017 bis sholawat yang biasa mengantar kami ke masjidil Haram di hentikan pengoperasiannya, sehingga kami para jamaah yang ‘tidak sanggup’ berjalan kaki ke masjid Haram terhenti kegiatan nya dan sholat berjamaah di masjid hotel.
Kami yang tinggal di hotel dengan jarak 3 km dari masjid Haram atau yang lebih jauh lagi harus berjalan kaki atau naik taxi yang tentu mahal di ongkos kalau harus sering ke masjidil Haram. Bila berjalan kaki, kelihatannya dekat tapi ternyata masjidil Haram dekat di mata jauh di kaki.
Kegiatan melaksanakan sholat 5 waktu ke masjidil Haram tampaknya ringan saja. Toh hanya pergi sholat, tetapi ternyata memerlukan perjuangan tersendiri. Seperti juga saat di Madinah ibadah di masjid Nabawi, di Makkah pun demikian. Berjalan di bawah suhu yang cukup panas antara 45oC sampai 50oC belum mencari tempat di masjid, berdesakan baik sejak di bis maupun di masjid. Semua itu memerlukan trik khusus dan tersendiri bagi masing jamaah, yang sebenarnya sudah disampaikan dalam manasik haji, untuk sampai ke masjid dengan selamat dan tepat waktu.
Kalo kita perhatikan hampir semua jamaah mendatangi masjid dalam keadaan terburu padahal sebenar nya berjalan ke masjid untuk sholat berjamaah harus berjalan dengan tenang dan anggun bukan tergesa. Semua itu di lakukan untuk mendapatkan kenyamanan beribadah yang setiap jamaah berbeda tempat favoritnya
Untuk mendirikan sholat, ada yang favorit nya di mataf, ada yang di lantai dua yang indah berkipas angin dan ber AC, ada yang di lantai atas yang penting nyaman dan tidak di obrak karena ‘salah tempat’.
Untuk mendapatkan posisi favorit kita dapat tetap tinggal di masjid terus untuk menunggu waktu waktu sholat dan pulang habis sholat tertentu, tetapi dengan cara ini bukan tanpa masalah juga. Banyak jamaah yang mengeluh pegal di punggung, kembung, tertidur. Padahal untuk berwudlu banyak yang tidak tahu tempat nya.
Masalahnya kita belum bisa menikmati menunggu waktu sholat dengan beribadah lain agar lebih dekat dengan Allah tanpa merasa lelah, lapar dan lupa waktu, yang akhirnya sudah masuk waktu sholat, yang seperti inilah yang seharusnya kita ‘capai’.
Sebenarnya kalau kita sebelum ke masjid sudah berdoa minta pada Alloh tempat yang nyaman insya Alloh dikabulkan. Itulah pentingnya selalu melibatkan Alloh dalam setiap aktivitas kita, istilahnya kita ‘pesan tempat’ pada Alloh.
Kalau kita perhatikan lagi, setiap jamaah dari berbagai negara mempunyai ciri dan tingkah laku khas, sebagai contoh jamaah dari Turki, khususnya wanita suka asyik dengan kursinya yang memang di sediakan oleh masjid sehingga ketika hampir semua jamaah duduk di atas sajadah nya mereka santai saja duduk di atas kursi, dikarenakan postur tubuhnya.
Sementara jamaah dari India kalau sholat memerlukan banyak tempat sebab cara sujud mereka agak berbeda dengan kebanyakan kita. Mereka kalau mau sujud duduk dulu baru ‘ndlosor’ dengan kaki tidak ‘mancat’.
Untuk jamaah Indonesia juga punya ciri sendiri, kebanyakan jamaah Indobesia punya atribut yang ‘ramai’ dan hampir semua pakai mukena atasan yang ada talunya di kepala dan yang paling menonjol jamaah Indonesia paling lambat menyambut takbirotul ihrom sang imam. Jamaah lain dengan cepat mengikutinya sementara jamaah kita masih sibuk, membetulkan mukena, sajadah dan sebagainya.
Demikian antara lain sedikit serba serbi kegiatan sholat berjamaah di masjid harom untuk saat ini kita dihimbau untuk menghemat tenaga, menyiapkan fisik, mental dan bekal menyambut puncak ibadah haji wuquf di Arofah.
Semoga Alloh senantiasa memudahkan urusan haji kita, menyempurnakan ibadah haji kita dan menerima haji kita dan ibadah kita yang lain dan memberi keselamatan untuk kembali ke tanah air masing2. Aamiin ya Robbal alamiin.
Semoga kita selalu sehat.
*) Jamaah Haji KBIH Masyarakat Madani
Pernah terbit 29 Agustus 2017
No comments:
Post a Comment