‘Hijrah’ ke Madinah
Oleh : drabudik
Jadwal di Mekah telah usai dan para jemaah umroh harus ‘hijrah’ ke Madinah. Persiapan dilakukan sejak pagi untuk mengunpulkan koper dan mengemas barang bawaan lain. Seperti juga jemaah haji, ternyata koper para jemaah semuanya mendekati berat maksimal sekitar 35 kg.
Jalur ‘hijrah’ para jemaah memang tidak seperti yang dilakukan Rasulullah, yang justru menuju arah selatan lebih dahulu ke Goa Tsur, baru menuju Yatsrib atau Madinah. Rombongan umroh KBIH Masyarakat Madani Bojonegoro diajak untuk menikmati jejak sejarah di Jedah antara lain masjid Qishash, makam Hawa walau hanya diatas bis.
Di Jedah terdapat pasar murah yang biasanya untuk jujugan jemaah haji sejak dahulu. Para jemaah diberi kesempatan untuk berbelanja di ‘pasar’ Ballad Corniche Commersial Centre Jeddah. Kemudian dilanjutkan makan siang di resto Bang Udin di tepian Laut Merah dengan menu unggulan Bakso yang cukup menggoda.
Jemaah umroh melakukan sholat dhuhur di Masjid Apung diatas Laut Merah. Bangunan masjid ini didirikan ditepian Laut Merah yang sebagian besar fisiknya terletak diatas laut. Sehingga disaat air laut pasang masjid ini seakan terapung di laut. Arsitektur masjid ini cukup megah dengan ciri khas tersendiri.
Perjalanan ke Madinah yang memakan waktu sekitar 5 jam memang cukup membosankan karena sepanjang perjalanan di jalan tol hanya terlihat hamparan padang pasir atau gunung batu. Dan diantaranya ada rest area yang salah satunya kita singgahi untuk sekedar ke toilet atau membeli snek dan minuman.
Alkhamdulillah sebelum Maghrib jemaah sudah bisa sampai ke hotelnya yang berjarak sekitar 200 meter dari masjid Nabawi. Semua jemaah umroh ‘mengejar’ solat Maghrib di Masjid Nabawi yang nilai pahalanya 1000 kali dibanding masjid lain kecuali Masjidil Haram. Semangat ibadah para jemaah sangat tinggi sehingga selalu mengutamakan sholat berada di Masjid Nabawi.
Semoga kita selalu sehat. (Abk)
Pernah terbit 4 Juli 2017
No comments:
Post a Comment