Hujan Deras Menunda ke Jamarot
Oleh : dr achmad budi k
Kegiatan yang 'menguras' energi dalam pelaksanaan ibadah haji telah terlalui dengan relatif kondusif dan aman. Karena berbagai masalah yang timbul mendadak dan situasional sudah menemukan solusi yang dibenarkan syar'i. Alkhamdulillah jamaah haji bisa sedikit meluangkan waktu untuk istirahat, walau di tenda. Amalan selanjutnya di hari tasyrik adalah melontar jumroh.
Sekilas tentang Jamarot, sebelum tahun 2003 sumur Jumroh masih berbentuk lingkaran yang tengahnya terdapat tugu sebagai sasaran lempar. Sehingga setiap haji harus berebut mendekati sumur agar lemparan bisa mengena tugu. Hal ini akan sangat berpotensi menimbulkan kejadian yang tidak kita inginkan. Karena bisa saja lemparan tidak mengena tugu, tetapi lurus ke depan mengenai jamaah haji di seberang yang sedang melempar juga. Tidak jarang juga, lemparan bisa cukup keras karena terbawa emosi untuk mengalahkan setan.
Bersyukurlah, pada tahun 2004 kami sudah melempar jumroh dengan sumur bentuk oval memanjang, dengan dinding sasaran sepanjang 22 meter, dan bukan lagi sumur yang berdiameter hanya 8 meter seperti yang kami lakukan pada tahun 2000. Bentuk jumroh ini jelas lebih memadai dan lebih aman, apalagi tersedia 5 lantai.
Rombongan jamaah haji berencana akan melaksanakan melontar jumroh pada hari Tasyrik pertama setelah sholat ashar. Namun sekitar setengah jam menjelang sholat ashar, tiba tiba cuaca berubah menjadi agak gelap. Dan tak lama kemudian turun hujan yang disertai angin kencang serta petir. Namun hujan lebat itu tidak sampai menimbulkan dampak kerusakan apapun. Hanya saja struktur tanah di Saudi berbeda dengan di negeri ini. Di kanan kiri Mina hampir semua lahan terbentuk dari batuan cadas, yang tentu saja tidak bisa menjadi resapan. Sehingga hujan deras seakan menimbulkan 'banjir bandang'. Padahal hanya aliran air karena tidak bisa meresap, yang kebetulan juga area Mina selain bergunung cadas juga naik turun, permukaannya tidak datar, yang mengakibatkan arus air tampak deras.
Hal ini tentu saja berdampak pada kegiatan ibadah haji, yang saat ini banyak dilakuan di lapangan. Termasuk rencana melontar jumroh, terpaksa harus ditunda demi keamanan jamaah haji. Sehingga jamaah haji yang sudah siap beberapa puluh menit yang lalu, harus tetap berada di dalam tenda. Malahan karena hujan deras yang disertai angin kencang, menyebabkan beberapa sudut tenda terkena curahan hujan. Oleh karena itu beberapa barang bawaan jamaah haji harus diamankan dari tetesan air hujan.
Setelah sekitar satu jam, hujan pun reda dan dengan semangat ibadah yang tetap tinggi, jamaah haji yang tergabung dalam KBIH Masy Madani berangkat menuju jamarot untuk melontar jumroh. Dan jamaah haji melewati sisa sisa aliran air di beberapa ruas jalan yang bebas dari kendaraan, kecuali sesekali kendaraan petugas yang sedang patroli.
Untuk melaksanakan melontar di hari Tasyrik kedua, tidak ada kendala dan semua kami lakukan dengan lancar. Maka selesailah rangkaian ibadah haji di Mina dan jamaah kembali ke Mekah, karena dengan pertimbangan kondisi yang ada, kita sepakat memilih sebagai Nafar Awal.
Allahu akbar, manusia hanya mampu sebatas merencanakan saja, dan Allah lah yang Maha Penentu dalam segala hal. Semoga salah satu ujian kita saat menunaikan ibadah haji ini akan bisa kita ambil hikmahnya dalam menjaga kemabruran haji kita.
Semoga kita selalu sehat.
Pernah terbit pada 13 Agustus 2019.
No comments:
Post a Comment